ElemenGerak Tari Berdasarkan Ruang, Waktu dan Tenaga. By athurtantra. March 16, 2017. Unsur pokok yang di lakukan dalam gerakan tari itu bukanlah suatu gerakan-gerakan biasa yang sering dilakukan dalam kehidupan biasanya. Gerakan tari tersendiri memiliki gerakan - gerakan yang sudah memiliki proses - proses tertentu. Setiapgerakan yang dibawakan penari, memiliki makna tertentu dan bisa ditebak oleh penonton atau penikmat tari. Contohnya pada saat penari memutar pergelangan tangan, artinya penari tersebut menunjukkan keluwesan. Sedangkan gerakan berdecak pinggang yang dilakukan penari lelaki, memiliki arti wibawa atau kekuasaan. 2. Wirama Untukmenghindari hal-hal tersebut, seluruh anggota masyarakat suatu desa mengadakan upacara barikan. Tradisi barikan atau bari'an merupakan salah satu praktik ritual keagamaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat atau berkah yang telah mereka terima dari sang Kuasa. OlehAdmin Diposting pada Juni 22, 2022. Pertanyaan : Jelaskan sikap sikap yg Dilakukan untuk mempertahankan tanah air Jawaban : Belajar dengan sungguh sungguh, bersatu, saling tolong menolong, tidak memilih milih teman, dan cinta tanah air. sikap=melakukan upaya bela negara dan pertahanan negara, menghilangkan sikap etnosentrisme. antaralain seperti yang ungkapkan oleh Sal Murgiyanto (1993: 12-13) bahwa: Bakat gerak maksudnya adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang penari. Ia lebih mudah melakukan gerak sesulit apapun, sehingga gerak yang dilakukan terasa lebih mempesona penonton. Namun demikian bukan berarti bahwa hal ini merupakan satu-satunya Vay Tiền Nhanh Ggads. Tari Piring. Foto WikipediaTari Piring adalah seni tari tradisional Minangkabau yang menggunakan piring sebagai properti utama atraksinya. Belakangan, tari piring menjadi sorotan setelah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengunggah video dirinya sedang menari di atas pecahan piring ketika berkunjung ke Bukittinggi pada 15 November lalu. Melansir laman Kemendikbud, Tari Piring diperkirakan telah ada sejak abad ke-12. Kala itu, masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Tari Piring diperuntukkan sebagai tarian persembahan bagi dewa atas hasil panen yang berlimpah. Setelah Islam masuk ke Nusantara, Tari Piring tidak ditinggalkan begitu saja. Fungsinya bergesar, dari yang sebelumnya sebagai persembahan untuk dewa, kini banyak dipertontonkan sebagai hiburan. Tari Piring. Foto WikipediaGerakan Tari Piring Tari Piring memang memiliki keunikannya sendiri. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh penari yang berjumlah ganjil, yakni tiga hingga tujuh orang. Mereka mengenakan pakaian bernuansa merah dan keemasan. Saat mementasikan Tari Piring, penari pria akan mengenakan destar. Destar adalah penutup kepala berbentuk segitiga yang terbuat dari kain penari perempuan akan mengenakan penutup kepala dari kain songket yang bentuknya mirip seperti tanduk, yaitu tikuluak tanduak balapak. Musik yang mengiringi Tari Piring berasal dari berbagai instrumen, seperti rebana, saluang, talempong, dan lain-lain. Tempo alunan musik awalnya lembut, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi lebih cepat. Gerakan dasar Tari Piring adalah meletakkan piring di telapak tangan, kemudian penari mengayunkan piring dalam gerakan yang cepat mengikuti irama musik. Sesekali, penari juga mendentingkan piring dengan cincin yang tersemat di jari mereka. Gerakan Tari Piring kebanyakan menggambarkan proses pertanian, seperti gerak pasambahan, singajuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, mengantar juadah, dan lain-lain. Pola Lantai Tari PiringSeperti tarian pada umumnya, Tari Piring harus dilakukan dengan pola lantai atau pola garis lintasan tarian. Terdapat paling tidak enam pola lantai yang digunakan dalam Tari Piring, yakni spiral, berbaris, lingkaran besar dan kecil, vertikal, dan horizontal. Desain spiral yang menggunakan lebih dari satu garis lingkaran yang searah pada anggota badan memberikan kesan lembut. Kemudian masing-masing penari juga membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil. Mereka juga bergerak maju dan mundur berdasarkan pola lantai vertikal, serta bergerak ke samping berdasarkan pola lantai horizontal. Pola lantai ini menampilkan kesan sederhana tapi pada akhir pertunjukan, para penari akan melempar piringnya ke lantai hingga pecah, lalu berjalan di atas pecahan piring yang tajam tanpa terluka. Inilah keunikan Tari Piring yang tidak ditemui di tarian tradisional lainnya. JawabanPRINSIP TRADISIONAL LEBIH MENGUTAMAKAN NILAI GUNA PRAKTIS YANG BERSIFAT UMUM NAMUN MASIH DI PENGARUHI NILAI-NILAI TRADISIONAL MAUPUN ADAT ISTIADAT membantu jgn lupa jadikan jawaban terbaik yah terimakasih Jakarta Mengenal macam-macam gerak tari adalah selalu memiliki nilai dan berbeda dengan gerakan sehari-hari. Pengertian seni tari secara umum adalah ekspresi jiwa dalam bentuk gerak dengan iringan tertentu. Menurut para ahli, macam-macam gerak tari adalah ritmis dan melodis. Apa saja macam-macam gerak tari tersebut? Macam-macam gerak tari yang wajib diketahui dan paling dasar lebih kurang ada sembilan. Ada macam-macam gerak tari murni, maknawi, tunggal, berpasangan, kelompok, dan aneka macam gerak tari pola lantai. Dari sekian banyak macam-macam gerak tari ini ada yang memang dimaksudkan untuk nilai atau makna tertentu. Sebagian dari macam-macam gerak tari ada pula yang hanya dimaksudkan untuk estetika saja, tidak ada nilai atau value tertentu. Berikut ulas tentang macam-macam gerak tari dan penjelasannya dari berbagai sumber, Jumat 8/10/2021.Tim misi budaya Al-Izhar Pondok Labu pentaskan empat tarian tradisional Indonesia di Llagollen International Musical Eisteddfod di Inggris. Kementerian Pariwisata/pool/ Macam-Macam Gerak Tari yang Murni Macam-macam gerak tari murni tujuannya semata untuk estetika saja atau memperindah tarian tanpa ada maksud melambangkan sesuatu. Contoh macam-macam gerak tari murni adalah gerakan memutar-mutarkan pergelangan kaki dan menghentakkan kaki tanpa maksud tertentu, atau gerak menggulung selendang ketika akhir tarian, dll. 2. Macam-Macam Gerak Tari Maknawi Macam-macam gerak tari maknawi ini berkebalikan dengan gerak tari murni. Macam-macam gerak tari murni tidak difungsikan secara estetika. Gerak tari murni ebih mengedepankan maksud atau lambang tertentu dari sesuatu yang ingin disampaikan ke penonton tarian. Macam-macam gerak tari maknawi dicontohkan seperti dalam tari merak dengan gerakan melebarkan selendang sambil bergerak mengelilingi panggung menggambarkan burung merak. 3. Macam-Macam Gerak Tari Tunggal Macam-macam gerak tari tunggal adalah tari yang dilakukan oleh satu orang. Dalam gerak tari tunggal, penari harus lebih berani, percaya diri, dan menguasai gerak tari. Contoh macam-macam gerak tari tunggal adalah tari gambir anom, tari koncar, tari gunung sari, tari gatotkaca, tari bondan, tari gambyong, dan tari kukilo. 4. Macam-Macam Gerak Tari Berpasangan Macam-macam gerak tari berpasangan adalah tari yang dilakukan dengan berpasangan, laki-laki dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Macam-macam gerak tari berpasangan, gerakan yang dominan belum tentu sama, tetapi saling melengkapi satu dengan lainnya atau gerak tarinya berlawanan. 5. Macam-Macam Gerak Tari Kelompok Macam-macam gerak tari kelompok adalah dilakukan dengan ramai-ramai atau dengan menggunakan banyak penari. Biasanya macam-macam gerak tari kelompok dilakukan oleh tiga penari atau lebih. Gerakan tari kelompok tidak boleh menonjolkan diri sendiri. Macam-macam gerak tari yang kelompok lebih mengedepankan Gerak Tari SelanjutnyaSeorang penari ambil bagian dalam Indonesia Menari 2018 di Grand Indonesia, Jakarta, Minggu 11/11. Sebanyak 1500 penari menari serentak di Grand Indonesia dengan konsep penggabungan tarian tradisional dan modern. Iqbal S. Nugroho6. Macam-Macam Gerak Tari Horizontal Macam-macam gerak tari pola lantai horizontal ini memiliki bentuk barisan, dengan posisi penarinya berjajar dari kiri ke kanan, atau berjajar dari kanan ke kiri. Pola lantai horizontal ini memiliki arti yang melambangkan antara ikatan manusia satu dengan manusia yang lain. Beberapa tarian tradisional dari Indonesia, yang menggunakan macam-macam gerak tari pola lantai horizontal, yaitu tari Indang dari Sumatera Barat dan tari Saman dari Aceh. 7. Macam-Macam Gerak Tari Diagonal Macam-macam gerak tari pola lantai diagonal memiliki bentuk garis menyudut ke kanan atau ke kiri, yang dilakukan oleh para penari, agar tarian terlihat lebih kokoh dan kuat. Pola lantai yang satu ini bisa membuat penari menjadi lebih indah, saat membawakan suatu tarian. Tarian tradisional yang menggunakan macam-macam gerak tari pola lantai ini, yaitu tari Sekapur Sirih dari Jambi, tari Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan, dan tari Pendet dari Bali. 8. Macam-Macam Gerak Tari Vertikal Macam-macam gerak tari pola lantai vertikal memiliki pola lurus memanjang. Memiliki fungsi membentuk formasi lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya. Pola ini dilakukan oleh penari lebih dari satu orang. Pola lantai vertikal ini digunakan daat penari menarikan tarian klasik, karena macam-macam gerak tari pola lantai yang satu ini melambangkan antara ikatan manusia dengan Tuhannya. Sehingga pola lantai ini memiliki arti magis, yang kuat dan mendalam. Tarian tradasional Indonesia yang menggunakan macam-macam gerak tari pola lantai ini adalah tari Serimpi dari Jawa Tengah, tari Yospan dari Papua, tari Pasambahan dari Sumatera Barat dan tari Baris Cengkedan dari Bali. 9. Macam-Macam Gerak Tari Melengkung Macam-macam gerak tari pola garis lantai yang terakhir adalah pola lantai melengkung, yang terdiri dari beberapa jenis bentuk pola lantai, yaitu garis lingkaran, angka delapan, huruf U dan lengkung ular. Pola lantai lengkung ini bisa membuat tarian tradisional menjadi lebih indah. Tarian tradisional banyak yang menggunakan macam-macam gerak tari pola lantai jenis melengkung, seperti tari Ma’badong Toraja dari Sulawesi Utara, tari Piring dari Sumatera Barat dan tari Randai dari Sumatera Seni TariAnggota Perempuan Pelestari Budaya Indonesia menari Bali dalam Fashion Show Virtual di Jakarta, Sabtu 21/11/2020. Acara ini bertemakan BalikemBali bertujuan eksplorasi yakni mengangkat kembali minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Bali. Fanani1. Wiraga Unsur dalam seni tari yang pertama adalah raga atau disebut wiraga. Unsur yang pertama ini memiliki artian, bahwa penari wajib menampilkan gerakan badan pada posisi duduk maupun berdiri. Wiraga di ambil dari Bahasa Jawa yang artinya adalah raga, dan dikenal sebagai gerakan tari. Pada saat menari, para penari harus menonjolkan seluruh gerakan tubuh yang ritmis, dinamis dan estetis. Seni tari memiliki gerak murni yang tariannya tidak memiliki maksud tertentu. Dan memiliki gerak maknawi yang gerakannya memiliki maksud dan tujuan tertentu. Setiap gerakan yang dibawakan penari, memiliki makna tertentu dan bisa ditebak oleh penonton atau penikmat tari. Contohnya pada saat penari memutar pergelangan tangan, artinya penari tersebut menunjukkan keluwesan. Sedangkan gerakan berdecak pinggang yang dilakukan penari lelaki, memiliki arti wibawa atau kekuasaan. 2. Wirama Seni tari juga memiliki unsur irama, yang artinya setiap gerakan tari harus bersifat ritmis sesuai dengan alunan musik yang mengiringinya. Irama atau musik yang digunakan dalam seni tari, biasanya berasal dari rekaman lagu atau langsung dari instrumen musik yang dibawakan oleh pemusik. Namun di dalam beberapa tarian, gerakan tari bisa dilakukan dengan mengikuti irama dari tepukan tangan, hentakan kaki, hitungan maupun nyanyian yang dibawakan penari. Musik atau irama yang ada dalam unsur seni tari, bisa membuat suasana menjadi lebih hidup, harmonis dan sesuai dengan makna tarian tersebut. 3. Wirasa Unsur seni tari yang selanjutnya adalah wirasa atau rasa, yang memiliki arti bahwa tarian tersebut bisa menyampaikan sebuah pesan perasaan, dari setiap gerakan yang dibawakan oleh penari. Pesan perasaan ini akan tersampaikan dari ekspresi yang dibawakan oleh penari. Bagi seorang penari, penjiwaan dan ekspresi wajah saat menari sangatlah penting. Jika seorang penari mendapatkan karakter sebagai perempuan, maka ia harus menari dengan gerakan lemah gemulai, dan mimik wajah yang ramah. Unsur wirasa ini juga harus menyatu dengan irama yang dibawakan pada saat menari. Contohnya pada saat iramanya sedih, penari juga harus memasang wajah yang sedih, agar pesan dari tarian tersebut tersampaikan pada penikmat seni tari. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Tari adalah ekspresi perasaan tentang sesuatu lewat gerak ritmis yang indah yang telah mengalami stilisasi lewat gerak ritmis yang indah yang telah mengalami stilisasi atau distorsi Soedarsono, 199282 Hakekat Tari Jawa Surakarta adalah sebuah upacara ritual berdasarkan saling kait mengkait antara dasar adeg, dasar gerak dan keharusan menggunakan teknik tertentu dalam ikatan mitos tertentu, menurut pendapat penulis bahwa tari Jawa gaya Surakarta adalah 10 suatu upacara yang menggunakan seni tari sebagai medianya. Tari Jawa harus mengikuti aturan-aturan khusus yang berlaku. Berhubungan tari tersebut upacara maka perlu dikenai kewajiban mengikuti masyarakat komunitasnya. Komunitas keratonlah yang pemilik upacara tersebut. Masyarakat diluar keraton upacara tersebut berfungsi sebagai suatu kegiatan kesenian yang menitik beratkan pada hiburan bagi masyarakat. Wujud seni tradisional Jawa tidak berhenti pada bentuk dan teknik. Bentuk-bentuk lahiriah tidak lebih dari suatu medium, yaitu alat untuk mengungkapkan to express dan menyatakan to state atau to communicate isi. Isi dan bentuk itu tumbuh dalam kebudayaan tradisi itu Widyastutieningrum, 201143. Sajian tari tergantung dari bentuk-bentuk artistik yang terdapat dalam tari tersebut, juga bergantung pada kemampuan seorang penari dalam menyajikannya. Seorang penari harus mampu membawakan suatu tarian dengan baik, luwes, menjiwai, tepat dan indah bentuk, ukuran, dan garis-garis tubuh yang pantas sebagai penari. Soeryadiningrat pernah mendefinisikan tentang tari Jawa yang memasukkan persyaratan sebagai berikut ingkang kawastan joged inggih punika ebahing sedaya saranduning badan, kasarengan ungeling gongso katata pikantuk wiramaning gendhing, jumbuhing pasemon kaliyan pikajengan joged . Maksud dari pernyataan tersebut adalah tari merupakan gerak dari seluruh tubuh yang diiringi oleh bunyi gamelan yang diatur selaras dengan irama lagunya, cocok penjiwaan dengan maksud dari tari yang dibawakan. Keterkaiatan seni tradisional dengan masa lampau tampak pada adanya pedoman atau aturan waton yang diikuti. Pedoman dalam seni tradisional meliputi aturan-aturan garapan medium maupun isi, seperti aturan-aturan pokok atau waton-waton dasar bentuk-bentuk tertentu yang merupakan vokabuler atau perbendaharaan garap medium, aturan-aturan susunan wujud sasaran, dan wujud isi. Aturan di kalangan seniman tradisi ditafsirkan secara kreatif, yaitu merupakan dasar untuk menciptakan suatu karya seni Widyastutieningrum, 201143. Aturan-aturan garapan medium maupun isi, seperti umpamanya aturan-aturan pokok atau waton-waton dasar bentuk-bentuk dasar tertentu yang merupakan vokabuler atau perbendaharaan terhadap garap medium, aturan-aturan susunan, wujud sasaran, dan wujud isi. Seni tradisi ada aturan-aturan-aturan-aturan semacam ini yang tumbuh dalam sejarah dan hidup berubah-ubah di tangan para empu tradisi yang kreatif Widyastutieningrum 201143. Tari tradisional terdapat teknik garapan, yaitu garapan medium yang menggunakan kesatuan-kesatuan garapan tertentu yang pokok, yaitu vokabuler. Vokabuler dalam susunan tari tradisional Jawa, biasanya terdiri dari rangkaian atau kumpulan gerak yang disebut kembangan atau sekaran yang masing-masing memiliki nama atau sebutan, sehingga di dalam pembicaraan atau pencatatan tari hanya disebutkan nama-nama kesatuan-kesatuan garap gerak yang khas tersebut. Misalnya laras, batangan, laku telu, pilesan. Perbendaharaan gerak merupakan bahan baku bagi para penyusun tari Widyastutieningrum, 201144. Penyusun tari tradisional Jawa menyusun koreografinya dengan berpijak pada perbendaharaan gerak yang sudah ada sebelumnya, karena perbendaharaan gerak yang ada hanya sebagai acuan yang tidak mengikat secara ketat. 12 Aspek koreografi ataupun dari aspek nilai-nilai estetik begitu pula artistiknya, terdapat dua kelompok besar, yaitu ada yang termasuk pada kelompok tari tradisional folkloric yang bertolak dari seni tari rakyat dan ada pula yang termasuk kelompok tari tradisional klasik yang bertitik tolak dari seni keraton. Tari Tradisional Folkloric rakyatTari yang hidup serta didukung oleh masyarakat atau wilayah adatnya secara turun temurun, perwujudan tari dari perbendaharaan geraknya sangat berkaitan sekali dengan peristiwa yang menjadi rangkanya dengan tema-tema yang sudah dibakukan serta ditetapkan yang sesuai peristiwa Tradisional Klasik hidup dilingkungan istana yang memiliki bentuk-bentuk gerak yang diatur dengan seperangkat sistem sehingga seolah-olah tidak boleh dilanggar. Unsur- unsur seni sebagai penyempurnaan dari wujud tariannya, diatur dan ditetapkan pula berdasarkan pola-pola atau aturan-aturan yang tertentu yang telah lama hidup sebagai warisan budaya dari leluhurnya. Tari istana yang berkembang salah satunya adalah Tari Gambyong yang banyak diminati oleh semua kalangan. Bentuk sajian tari Gambyong sebagai bagian dari tari tradisional Jawa juga tidak terlepas dari aturan-aturan atau konsep dasar gerak meliputi dasar-dasar sikap adeg. Bentuk sajian tari Gambyong selanjutnya dibagi menjadi dua, yaitu bentuk fisik bentuk lahir dan bentuk ungkap bentuk dalam. Bentuk Fisik Tari Gambyong adalah salah satu tari putri dalam tradisional Jawa gaya Surakarta. Tari ini biasanya ditarikan oleh seorang atau beberapa penari putri. Tari Gambyong pada mulanya merupakan bagian tari tayub yang kemudian berdiri sendiri sebagai tarian tunggal. Bentuk sajian Tari Gambyong tidak didukung penari pria. Bentuk Ungkap Sajian tari Gambyong tidak menampilkan tema atau cerita melalui susunan geraknya. Susunan gerak atau rangkaian gerak ada sesuatu atau mempunyai makna nilai simbolik yang diungkapkan. Bentuk fisik tari Gambyong dapat dilihat ungkapan sifat-sifat seorang wanita, yaitu kenes, luwes, dan tregel Widyastutieningrum, 2011-45-54. Tari Gambyong Tari Gambyong merupakan perkembangan bentuk tari taledhek. Dari pernyataan ini tampak adanya keterkaitan antara tari Gambyong dengan taledhek atau tari tayub. Tari Gambyong dapat juga berarti tarian tunggal yang dilakukan oleh wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk permulaan panampilan tari atau pesta tari, sedangkan gambyongan mempunyai arti golekan boneka yang terbuat dari kayu yang menggambarkan wanita menari di dalam pertunjukan wayang kulit sebagai penutup. Gambyong mengungkapkan keluwesan wanita dan bersifat erotis. Istilah Gambyong pada mulanya adalah nama seorang penari tayub atau taledhek barangan, yang memiliki kemampuan tari dan vocalsuara sangat baik sehingga sangat terkenal. “ Gambyong” semula adalah nama seorang waranggana= wanita terpilih, wanita penghibur yang pandai menari dengan sangat indah dan lincah. Nama lengkapnya Mas Ajeng Gambyong Widyastutieningrum, 201125. 14 Orang mengatakan bahwa istilah Gambyong merupakan singkatan atau kependekan dari kata Gambirsawit dan Boyong, yaitu nama gending yang selalu digunakan untuk mengiringi tari tayub. Tari Gambyong biasanya dipertunjukan dalam acara pesamuan atau menjamu tamu, yang kadang- kadang tidak hanya dipertunjukan satu kali, tetapi dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan. Bentuk Sajian Tari Gambyong Tari Gambyong, secara umum terdiri dari bagian awal, isi, dan akhir dalam istilah Jawa Gaya Surakarta disebut maju beksan, beksan, dan mundur beksan. Bagian awal gerak tari ini berupa maju kapang-kapang pacak. Karakter gerak penari kelompok ini bergas, wibawa, dan terselip keanggunan sehingga rasa geraknya menep dan sareh selaras dengan iringan yang anggun dengan komposisi sejajar yaitu memberikan suasana karawitan yang sama atau sejajar dengan suasana ungkap atau kualitas gerak yang dicapai. Polatan tegas tetapi tidak antep natural wibawa, raut muka anggun dan wibawa dengan rias cantik Sumargono, 20096. Menurut Widyastutieningrum 201144 Tari tradisional terdapat teknik garapan, yaitu garapan medium yang menggunakan kesatuan- kesatuan garapan tertentu yang pokok, yaitu vokabuler. Vokabuler dilihat sebagai teknik atau sarana dengan potensi hayat. Vokabuler dalam susunan tari tradisional Jawa, biasanya terdiri dari rangkaian atau kumpulan gerak yang disebut kembangan atau sekaran yang masing- masing pencatatan tari hanya disebutkan nama- nama kesatuan- kesatuan garap gerak yang khas tersebut. Misalnya Laras, batangan, laku telu, atau perbendaharaan gerak merupakan bahan baku bagi para penyusun tari. Vokabuler atau ragam tari adalah kesatuan pola gerak yang merupakan pengembangan dari motif, sedangkan motif gerak adalah gerak sederhana, tetapi didalamnya terdapat sesuatu yang memiliki kapabilitas untuk dikembangkan. Vokabuler gerak dalam tari dapat berbentuk pendek misalnya dalam bentuk sikap, dan dapat berbentuk panjang misalnya sabetan , bahkan dapat terjadi deretan motif yang membentuk suatu kesatuan. Berdasarkan fungsinya didalam tata gerak tari, vokabuler gerak tari dapat dibedakan menjadi empat, yaitu Rangkaian gerak pokok sekaran adalah suatu satuan gerak yang mencakup panjang dan seringkali kompleks, mengandung suatu representasi makna tertentu. Misalnya batangan, pilesan laku telu, engkyek, engkrang, mangling. Bentuk – bentuk gerak pembuka adalah suatu satuan gerak yang dipergunakan untuk mengawali rangkaian gerak pokok. Misalnya sembahan, sabetan, hoyog. Bentuk- bentuk gerak penghubung adalah suatu satuan kecil gerak yang fungsinya untuk berpindah tempat atau untuk menyambung rangkaian gerak pokok yang satu dengan rangkaian gerak pokok lainnya. Misalnya srisig, besut, singget, ngigel. Bentuk- bentuk gerak penutup adalah suatu satuan gerak yang digunakan untuk mengakhiri rangkaian gerak pokok. Bentuk gerak ini juga 16 berfungsi memperjelas berakhirnya sajian tari. Misalnya sabetan, panggel, sindhet, sembahan. Estetika Estetika tari tradisional Jawa tidak sekedar menyangkut masalah keindahan, tetapi selalu dikaitkan juga dengan masalah etika, etiket, dan religious. Tari tradisional dikenal adanya konsep adiluhung, yang berarti „indah dan tinggi‟. Kata ini merupakan rangkaian dari kata adi yang berarti linuwih, melebihi segalanya; dan luhung berarti luhur, tinggi, melebihi yang lain, dan bermakna. Konsep adiluhung dikaitkan dengan kenegaraan dewa raja, maka segala hal yang dimiliki atau diciptakan raja disebut adiluhung. Adiluhung dikaitkan pula dengan kekuatan-kekuatan besar di alam semesta dalam memuja para dewa. Karya seni yang di sebut adiluhung itu bukan diciptakan oleh manusia, melainkan oleh para dewa atau manusia yang dibuat terampil oleh dewa, sehingga dapat menciptakan sesuatu. Tari Jawa mendapat pengaruh dari tari India. Hal ini tampak pada bentuk maupun konsep-konsep tari yang mendasarinya Widyastutieningrum, 200203. Estetika dalam tulisan ini dipahami sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik, menyentuh atau menggetarkan jiwa, dan memberikan kepuasan batin. Dalam estetika terdapat dua aspek yang dapat digunakan sebagai cara untuk menilai karya seni, yakni aspek ilmiah scientific aspect dan aspek filsafat philosophical aspect Djelantik, 19929-11. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keindahan merupakan sesuatu yang dapat menggetarkan atau menyentuh jiwa seseorang dan memberi kesan tersendiri terhadap suatu karya. Estetika Jawa merupakan bagian dari kebudayaan timur. Kebudayaan Jawa, terutama yang berkaitan dengan ekspresi estetis mengandung tiga cirri utama, yaitu; bersifat kontemplatif-transendental, masyarakat Jawa dalam mengungkapkan rasa keindahan yang terdalam, selalu mengaitkan dengan perenungan kontemplasi yang mendalam, baik terhadap Yang Maha Kuasa, pengabdian kepada raja, kecintaan terhadap Negara, penghayatan pada alam merupakan pengejawantahan dari dunia mistis Prabowo, 201337. Kesenian mempunyai nilai penikmat, sehingga suatu aktivitas dapat disebut seni apabila mampu memberikan kesenangan, kebahagiaan, santapan rasa melalui pengalaman imajinasi setiap orang sesuai tingkat persepsinya Jazuli 2008100-101. Bentuk dan gaya tari terdapat sistem nilai budaya, yaitu sejumlah konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat tentang sesuatu yang dianggap bernilai, berharga, berpengaruh dalam hidup mereka Koentjaraningrat, 2009204. Menurut Sasmintamardawa dalam Malarsih, 20079 persyaratan yang harus dikuasai oleh penari ini prinsipnya meliputi Wiraga, Wirama, Wirasa. Wiraga atau sering pula disebut kemampuan peragaan, akan pula merangkum tentang kelenturan penguasaan teknik tenaga, dan penguasaan ruang serta ungkapan gerak yang jelas dan bersih. Kelenturan baik bagi seorang penari pria maupun wanita jelas dituntut untuk memiliki kelenturan tubuh yang 18 maksimal. Tubuh yang merupakan sebagai instrument untuk mewujudkan gerak, dituntut sekali kelenturannya. Gerak yang terlatih serta adanya keseimbangan atau gerak yang tidak kaku dan ragu, adalah hasil dari tubuh kita yang sudah luwes dan terlatih atau memiliki kelenturan sehingga persendian-persendian tubuh dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya dan akan semakin luas pula kemampuan untuk mencapai dan mengungkapkan berbagai kemungkinan gerak. Fleksibilitas atau kelenturan tubuh, tidak mungkin dan bahkan mustahil dapat dimiliki dengan cara yang mendadak/secepatnya. Kelenturan tubuh dapat dicapai apabila kita sering berlatih secara teratur dengan berbagai kemungkinan gerak atau banyak melakukan senam tari dan olah tubuh tari. Kekuatan atau ketahanan fisik dan stamina pun terpelihara pula. Wirama, wirama adalah pengaturan tempo dan ritme yang penting dan erat sekali hubungannya dengan irama. Irama yang timbul baik dari iringannya ataupun irama yang langsung diatur oleh penari sendiri, merupakan unsur wahyu yang benar-benar harus dipahami dan dikuasai oleh seorang penari. Irama merupakan titik tolak atau landasan untuk bergerak. Penari dituntut untuk dapat mengendalikan dan mengatur irama terutama di dalam mengatur tempo dan ritmenya. Hal ini agar tarian yang sedang dibawakannya terlihat dan terasa dinamikanya, sehingga nilai-nilai yang terkandung pada tarian itu tetap utuh. Penari yang mampu menguasai irama, akan dapat memberikan suatu perspektif pada penonton serta menuntun pula untuk tetap menghayati dan ikut merasakan setiap gerakan yang dilakukan. Begitu pula sebaliknya, penari yang tidak baik adalah penari yang bergerak menari di luar irama tari dan iringannya. Wirasa, adalah aspek yang bersifat rohaniah yang memberikan dan mendukung secara keseluruhan pada tarian yang sedang dibawakan ungkapan yang bersifat visual atau badaniah. Wirasa atau penguasaan jiwa ini, bagi penari yang baik wajib memiliki kemampuan daya pekanya yang tinggi. Antara lain meliputi daya pikir, pemusatan pikiran, rasa, mental atau laku yang disertai adanya keseimbangan dan kesinambungan yang luluh dari berbagai unsur atau elemen-elemen tari harmoni. Penari tari Jawa, baik gaya Surakarta maupun Yogyakarta, juga dituntut memenuhi konsep Joged Mataram, meskipun konsep ini lebih dikenal di Yogyakarta. Hal ini, terjadi karena tari gaya Surakarta dan Yogyakarta mempunyai akar budaya yang sama yaitu Mataram. Maka tidak mengherankan jika konsep Joged Mataram juga berlaku di Surakarta. Konsep Joged Mataram terdiri dari empat prinsip, yaitu SewijiSawiji adalah konsentrasi total tanpa menimbulkan ketegangan jiwa. Artinya, seluruh sanubari penari dipusatkan pada satu peran yang dibawakan untuk menari sebaik mungkin dalam batas kemampuannya, dengan menggunakan segala potensi yang dimiliki. Konsentrasi adalah kesanggupan untuk mengarahkan semua kekuatan rohani dan pikiran kearah satu sasaran yang jelas dan dilakukan terus-menerus selama dikehendaki. Greget, adalah dinamik atau semangat di dalam jiwa seseorang atau kemampuan mengekspresikan kedalaman jiwa dalam gerak dengan pengendalian yang sempurna. Greget merupakan pembawaan seseorang, sehingga cenderung 20 sulit untuk dilatihkan. Seseorang yang memiliki greget, pada waktu menari terlihat ekspresi „gerak dalam‟ jiwanya. Sengguh, adalah percaya pada kemampuan sendiri, tanpa mengarah atau menjurus kesombongan. Percaya diri ini menumbuhkan sikap yang meyakinkan hati, dan tidak ragu-ragu. Ora mingkuh, adalah sikap pantang mundur dalam menjalankan kewajiban sebagai penari. Berarti tidak takut menghadapi kesulitan atau kesukaran dan melakukan kesanggupan dengan penuh tanggung jawab serta keteguhan hati dalam memainkan perannya. Keteguhan hati berarti kesetiaan dan keberanian untuk menghadapi situasi apapun dengan pengorbanan. Konsep atau filsafat Joged Mataram ini diterapkan dalam seni tari Jawa, dengan tujuan untuk mendapatkan “keseimbangan lahir dan batin”, ekspresi dapat diisi serta dikontrol oleh jiwa, yang kemudian diarahkan kedisiplinannya pribadi, identifikasi pribadi, agar akhirnya tercapai keyakinan yang dalam, tingkat ilmu yang dalam serta pengendalian diri yang dalam Widyastutieningrum, 201184-85. Menurut Sumargono 2009106-114 penari tradisional Jawa yang baik dituntut memenuhi persyaratan yang disebut Hastha Sawanda delapan prinsip atau unsur, yaitu 1 Pacak, menunjuk pada penampilan fisik penari sesuai dengan bentuk dasar bentuk dasar atau pola dasar atau kualitas gerak tertentu, sesuai dengan karakter yang dibawakan. Pacak pada pokoknya mengenai sikap dasar, posisi tubuh, posisi lengan, tangan, dan kepala. 2 Pancat, menunjuk pada gerak peralihan yang telah diperhitungkan secara matang, sehingga enak dilakukan dan dilihat. Pancat pada dasarnya merupakanaturan mengenai gerak tungkai dan gerak ujung kaki dalam berpindah tempat. 3 Ulat, menunjuk pada pandangan mata dan ekspresi wajah sesuai dengan kualitas, karakter peran yang dibawakan, serta suasana yang diinginkan. Sikap dasar arah pandangan mata bagi penari wanita terbatas dua sampai lima langkah ke depan dan mengarah ke bawah atau lantai. 4 Lulut, menunjuk pada gerak yang menyatu atau melekat dengan penarinya, seolah olah tidak dipikirkan. Penyajian tari yang dihadirkan bukan karakter pribadi penarinya, melainkan keutuhan tari yang diwujudkan melalui keutuhan tari yang merupakan perpaduan antara gerak tari, iringan tari, dan karakter tari. 5 Luwes, adalah kualitas gerak yang sesuai dengan bentuk dan karakter tari yang dibawakan. Penari mencapai kualitas gerak dengan tanpa canggung, rapi, tenang, dan menyenangkan. Luwes berarti mampu atau terampil bergerak secara sempurna dan menimbulkan kesan yang nenyentuh bagi penonton. 6 Wiled, adalah garap variasi gerak yang dikembangkan berdasarkan kemampuan bawaan penarinya atau mengembangkan pola gerak. 7 Wirama, menunjuk pada hubungan gerak dengan iringan tari dan alur tari secara keseluruhan. Irama adalah elemen yang sangat diperlukan dalam tari, baik dalam gerak maupun iringan tari. 8 Gendhing, menunjuk penguasaan iringan tari, meliputi bentuk-bentuk gending, pola tabuhan, rasa ragu, irama, tempo, rasa seleh, kalimat lagu, dan juga penguasaan tembang maupun vokal yang lain. Seni adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar dengan perantara tanda- tanda lahiriah tertentu menyampaikan pesan-pesan yang sehingga mereka kejangkitan perasaan- perasaan ini dan juga mengalaminya. Karya seni, adalah bentuk Jakarta - Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah. Terdapat tiga unsur dalam seni tari, yakni wiraga, wirama, dan adalah keterampilan dasar gerak tubuh atau fisik penari. Selain unsur gerak, hakikat seni tari adalah menyeimbangkan unsur irama, dan rasa. Ketiga unsur ini saling berhubungan dan tidak dapat dari buku bertajuk Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara karya Arina Restian, berikut penjelasan masing-masing unsur seni WiragaMenurut Wiktionary, wiraga adalah dasar wujud lahiriah anggota badan serta keterampilan gerak yang terdapat dalam sebuah gerak bagian tubuh terdiri dari berbagai macam, mulai dari gerakan jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku tangan, bahu, leher, muka dan kepala, lutut, mulut, dada, perut, pinggul, biji mata, alis, pergelangan kaki, hingga jari-jari struktur gerak tari, macam-macam gerak tersebut akan membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan kesatuan bentuk gerak. Namun, untuk mencapai kesatuan bentuk gerak seperti yang diharapkan, dibutuhkan latihan dengan WiramaKata wirama berarti berirama. Apabila dikaitkan dengan seni tari, maka wirama artinya gerakan berirama yang dilakukan oleh satu fungsi wirama adalah mengatur jenis dan tempo gerakan tari. Sementara, berdasarkan aksennya, wirama terbagi menjadi dua macam, yaituWirama tandak, yakni wirama yang ajeg tetap dan murni dengan ketukan dan aksen yang berulang-ulang dan teratur. Dalam wirama tandak, gerak tari dan musik lebih mudah bebas, yakni wirama yang tidak selalu memiliki ketukan dengan aksen yang berulang-ulang dan WirasaWirasa adalah kemampuan dalam mengekspresikan dan menggambarkan tarian yang dibawakan, sehingga tarian tersebut dapat dibawakan secara total. Selain gerakan, ekspresi juga penting dalam menentukan sifat atau karakter sebuah itu, wirasa dalam tari digunakan untuk menentukan tingkatan penghayatan dan penjiwaan dalam sebuah tarian. Misalnya tegas, lembut, gembira dan sedih, yang diekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah sehingga melahirkan itulah pengertian wiraga, wirama, dan wirasa dalam seni tari. Semoga menambah pengetahuanmu ya, detikers! Simak Video "Benjang, Kesenian Beladiri yang Masih Lestari di Kabupaten Bandung" [GambasVideo 20detik] kri/kri

jelaskan sikap dasar yang dilakukan oleh penari tradisional